Pages

Wednesday, November 13, 2013

Pertanyaan Menarik dari Kota Mendoan

Kota Mendoan, nama lain dari Purwokerto. Sering disebut sebagai nama kabupaten, padahal dia adalah ibukotanya. Nama kabupatennya adalah Banyumas. Karesidenannya merupakan singkatan, dan agak nyentrik namanya, Barlingmascakeb; kependekan dari Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen. 



Sosialisasi perbankan syariah di kota mendoan kemaren (9 Nopember 2013) mendahului Gerakan Ekonomi Syariah yang lebih populer dengan GRES di Jakarta, yang menurut rencana akan diluncurkan oleh Presiden di Monas pada 17 Nopember 2013. 

Perbankan Syariah sebenarnya bukan hal yang baru di kota pensiunan ini. Tapi entah kenapa setiap kali sosialisasi selalu ada pertanyaan baru yang menarik, dan tentu saja menantang. Setidaknya ada tiga bahan diskusi yang tercatat paling menarik diajukan oleh para peserta yang umumnya para ustaz dan dai.
1. Apakah produk bank syariah sudah fully syariah? Apakah label syariah hanya digunakan untuk menghimpun dana, sebab pada prakteknya pembiayaan bagi hasil antara bank syariah dengan nasabah nyaris tidak berbeda dengan pinjaman konvensional.
2. Apakah bisa bank syariah mengubah prakteknya menjadi profit-loss sharing, bukan hanya profit sharing?
3. Apakah bisa nisbah bagi hasil yang disetarakan dengan rate pasar disebut bagi hasil?

Pertanyaan pertama merupakan pertanyaan tipikal Indonesia. Pengalaman mengikuti seminar dan lokakarya di negara lain, menunjukkan bahwa umumnya para nasabah menerima begitu saja kalau disebut bank syariah. Kondisi ini umum terjadi baik di negara Arab, Barat maupun negeri jiran, Malaysia yang disebut paling pesat perkembangan bank Islamnya. Maka tidak heran Pak Burhan, mantan Gubernur Bank Indonesia pernah bilang, yang membuat perbankan syariah di Indonesia kurang cepat pertumbuhannya bukan masalah syariah, tapi keraguan  masyarakat terhadap kesyariahan produknya. Ini masalah serius yang harus ditangani dengan serius pula, karena melibatkan dua hal, masalah core system dari bank syariah, dan masalah public education.

bersambung...