Lebaran kali ini (1435 H) benar-benar nikmat. Ketika semua orang mudik ke kampung, saya tinggal di rumah setelah satu hari lebaran ke rumah mertua. Selebihnya membereskan rumah yang masih berantakan akibat pindahan kembali dalam rangka renovasi. Lagipula, kata keponakan, anda sudah jadi anggota KPU (Kumis Penuh Uban) dan dituakan. Makanya sebaiknya di rumah saja dan kami yang datang.
Monday, December 15, 2014
The Problem of Being Low-level Manager
Today an invitation comes to my desk. It is from National Sharia Board (in which I am one of its Executive Committee, also its founding member) who will have its Tenth Annual Meeting on the following days.
National Sharia Board is an autonomous body under Indonesian Council of Ulama that is entrusted with issuing fatwa on Islamic financial product and transaction, and posting Sharia Supervisory Board in Islamic bank.
National Sharia Board is an autonomous body under Indonesian Council of Ulama that is entrusted with issuing fatwa on Islamic financial product and transaction, and posting Sharia Supervisory Board in Islamic bank.
Wednesday, June 4, 2014
Cerita anak Indon di kampus Negeri Jiran
September 2011.
Setelah berjibaku dengan segala prosedur via online dan hard copy, resmilah putri pertama saya diterima dan masuk International Islamic University Malaysia. Di universitas inilah dulu saya dan istri kuliah. Kami gembira, sekaligus wiswas, dengan diterimanya anak itu di kampus -yang lumayan bergengsi di Malaysia itu. Gembira, karena putri kami ikut mengenyam pendidikan yang dwi bahasa (english-Arabic), suasana internasional, dan lingkungan yang lebih Islami (minimal dari kampus2 di tanah air). Tapi kami khawatir juga, soalnya tingkah laku kami dulu waktu kuliah ngga lurus-lurus amat (he..he..). Lambat laun dia pasti tahu sepak terjang kami, ketika masih jadi anak kuliahan.
Setelah berjibaku dengan segala prosedur via online dan hard copy, resmilah putri pertama saya diterima dan masuk International Islamic University Malaysia. Di universitas inilah dulu saya dan istri kuliah. Kami gembira, sekaligus wiswas, dengan diterimanya anak itu di kampus -yang lumayan bergengsi di Malaysia itu. Gembira, karena putri kami ikut mengenyam pendidikan yang dwi bahasa (english-Arabic), suasana internasional, dan lingkungan yang lebih Islami (minimal dari kampus2 di tanah air). Tapi kami khawatir juga, soalnya tingkah laku kami dulu waktu kuliah ngga lurus-lurus amat (he..he..). Lambat laun dia pasti tahu sepak terjang kami, ketika masih jadi anak kuliahan.
Subscribe to:
Posts (Atom)