Pages

Sunday, July 17, 2016

Kupatan Ala IKAA (Syukron li Abuya Kiai Nur)

Terdorong komitmen membantu panitia untuk jadi dewan juri di Silatnas 2016 ini, membawa kewajiban moral lebih berat. Datang ke pondok kudu lebih pagi dan terpisah dari istri yang juga kepingin ikutan halal bihalal pada guru-guru.

Di tengah hiruk pikuk acara Silatnas saya berusaha mencari istri untuk mengetahui keadaannya. Maklum kami masih punya anak kecil umur 4 tahun. Ngga kebayang dalam situasi panas seperti itu dia harus direpotkan oleh anak, padahal dia sendiri ingin silaturrahim dengan kawan-kawan sepriode dan tentu, para guru.

"Aku masih di rumah Latifah Rojiun, dengerin radio Attaqwa aja. Disana panas. Nanti abis zuhur lebaran sama guru-guru". Pesan Whatsappnya masuk setelah saya tanya ada dimana. Alhamdulillah

Saya pun kemudian larut acara hebat Silatnas 2016 yang diawaki Marhalah Iltizam​ itu. Kecerdasan Panitia yang "mengunci" posisi saya di bangku depan dengan para mantan ketua IKAA (saya ketua umum IKAA tahun 1997-2001), membuat saya tidak dapat *ngelayap* ke tempat lain bersama teman seangkatan. Sampai pulang ke rumah saya tetap tidak bisa bareng istri karena ada dia ikut program kunjungan ke rumah guru-guru terlebih dahulu bersama teman sekelasnya dulu.

Teringat beberapa tahun lalu Guru Nur, (sekarang disebut dengan panggilan takzim "Abuya KH Nurul Anwar, Lc") memberikan semacam "fatwa", sebelum membaca doa di acara silatnas saat itu. Fatwa itu berisi semacam "larangan" bagi para alumni untuk lebaran ke rumah guru-guru sebelum acara Silatnas atau Halal Bihalal. Mengapa? Karena beliau melihat alumni yang datang di acara Silatnas sangat sedikit akibat didahului oleh silaturrahim lebaran para alumni sebelum halal bihalal. Secara psikologis para alumni yang sudah berkunjung ke guru-guru itu tentu merasa tidak perlu lagi datang ke acara Halal Bihalal.

Beberapa tahun kemudian dampak "fatwa" itu mulai terasa. Ujungharapan serasa mengalami "lebaran kedua" setelah iedul Fitri 1 Syawwal atau "Kupatan", menurut tradisi Jawa, meskipun ngga tepat-tepat amat, karena "kupatan" di Jawa berlangsung tepat pada hari ke 8, setelah masyarakat melakukan puasa 6 hari bulan syawwal pasca Iedul Fitri. Suasana serasa lebaran kembali terjadi karena para abituren dari luar daerah, berbaur dengan alumni setempat bersama-sama teman seangkatannya berlebaran berkeliling Ujungharapan. Rumah para guru dikunjungi secara bergantian dan karenanya diantara para guru bahkan sengaja menyediakan jamuan di ruang terbuka halaman rumah, layaknya "Open House" di rumah para tokoh.. Saya yang tidak sempat berkunjung ke rumah para beliau itu sempat mengucap "alhamdulillah" berkali-kali karena situasi ini.

Tidak bisa dipungkiiri fatwa Abuya Kiai Nur , walaupun dikeluarkan spontan saat itu, kini mengubah peta tradisi alumni bahkan masyarakat Ujungmalang. Saya melihat fatwa itu keluar dari hati ikhlasnya membantu para alumni untuk dapat silaturrahim dalam waktu yang bersamaan sehingga tidak terjadi "missing silaturrahim". Jadilah SIlatnas dan Halal Bihalal IKAA kini menjadi "Kupatan para Abituren alias Kupatan Ala IKAA"

(Keikhlasan beliau juga terlihat dengan hadirnya beliau pada acara Seminar Ekonomi Islam yang dilaksanakan IKAA dan Marhalah Iltizam pada bulan puasa kemarin di Islamic Center. Karena yang hadir sedikit, setelah seminar beliau memanggil panitia dan para alumni dibawah periode ini untuk datang ke rumahnya untuk diberikan nasihat )

Terima Kasih Abuya atas fatwanya. Semoga Allah SWT senantiasa menjaga kesehatan guru kita ini dalam membimbing para santri dan ummat.

No comments: