Pages

Thursday, November 3, 2022

Attaqwa, NU atau Muhammadiyah?

Sering orang bertanya, Attaqwa itu alirannya NU atau Muhammadiyah? Jawaban saya, ngga NU juga ngga Muhammadiyah. Terus dia nanya lagi, koq ibadahnya mirip NU? Saya jawab dengan pertanyaan pula, emang yang ibadahnya kayak gitu cuma NU? Itu tandanya yang nanya kurang piknik. Coba keliling deh, ke Matlaul Anwar di Banten, PUI di Majalengka, Nahdlatul Wathon di Lombok (asal muasal Tuan Guru Bajang), Alwashliyah di Medan dan lain-lain. Semuanya beribadah mirip Attaqwa. Ushalli, Qunut, Tahlil, Maulid, Talqin ada semua. Makanya seringkali kesimpulannya saya balik: Ibadah di NU itu mirip Attaqwa. Kontan yang nanya tambah bingung (hehe..).

Seorang sahabat di Universitas Assyafiiyah malah lebih vulgar. Dia bilang "Di Betawi mah ngga ada NU. Yang ada, orang bermazhab Syafii, politiknya Masyumi. Jadi kalau mirip NU, ya karena kite sama-sama mazhab Syafii". Kayaknya dia mengutip ucapan Allah yarham KH. Abdullah Syafii yang terkenal kalau ceramah bahasa Betawinya empuk bin pulen, alias enak banget didengernya.

Menurut cerita almarhum Guru Tajuddin, NU di Bekasi itu diciptakan oleh Masyumi. Loh koq bisa? Alkisah, ketika NU keluar dari Masyumi pada tahun 1952, Ngkong Kiai (KH. Noer Alie) masih memimpin Masyumi cabang Bekasi. Merasa bahwa suatu saat NU akan bikin cabang Bekasi, dan daripada dipimpin orang luar Bekasi, mendingan kita duluin. Artinya kita yang bentuk dan dipimpin oleh orang "kita". Maka ditunjuklah Abdullah Syair untuk membentuk NU cabang Bekasi bersama rekan-rekannya. Maka NU cabang Bekasi resmi berdiri pada tahun itu juga.

Ketika ditanya kenapa Ngkong Kiai selalu "menyerang" N-O kalau lagi ceramah itikaf, guru Mukhtar almarhum punya jawaban bagus. (N-O atau En-O, sebutan beliau terhadap NU karena singkatan dari ejaan orde lama, Nahdlatul Oelama). Forum itikaf itu forum khusus, artinya orang yang dengerin udah paham konteks. Kalau Ngkong Kiai nyerang NO itu artinya konteksnya "pulitik". Beliau kan mazhab politiknya persatuan ummat, sedangkan "En-O" malah lari dari persatuan. Hal itu yang menyebabkan ummat Islam kalah dalam Pemilu 1955 oleh PNI.

Lah terus, kenapa beliau suka "nyerang" Muhammadiyah juga? Padahal beliau sering bilang, Kalau mau pendidikan maju, noh tiru Muhammadiyah. Teman-teman Masyuminya juga banyak orang Muhammadiyah seperti Buya Hamka, Kasman Singodimedjo, Sjafroedin Prawiranegara, Prawoto Mangkusasmito dll. Di Bekasi sohibnya Mardjuki Hidayat (ayahnya sejarawan Ali Anwar), A. Sitorus (pencipta lambang Attaqwa pada tahun 1970, seperti yang diriwayatkan Guru Madrais Hajar), Notaris Soedirdja dll. Kalau gitu beliau ngga konsisten dong?

Jawabnya juga soal konteks. Beliau kalau bicara soal fiqih (tepatnya usul fiqih) pasti yang diserang Muhammadiyah. Menurut beliau Muhammadiyah itu tidak menganggap Ijma' sebagai sumber hukum, padahal keempat mazhab memasukkannya (termasuk Hambali, salah satu rujukan terbesar Muhammadiyah).

Jadi, meminjam istilah ilmu usulul hadits, kalau ingin memahami ceramah Ngkong Kiai, kudu paham asbabul wurudnya, alias cikal bakalnya. Jangan ketuker-tuker atau malah gebyah uyah. Konteks pulitik jangan jadi urusan fiqih dan sebaliknya, mazhab fiqih jangan dicampur pendidikan. Jadi sebenarnya Attaqwa itu mazhab Muhammadiyah atau NU?

Buat saya, mazhab Ngkong kiai ini unik. Mazhab fiqihnya adalah Syafi'i (pake banget). Mazhab pulitiknya Qur'ani banget (persatuan, ittihadul ummah) sedangkan masalah pendidikan, manajemen, dan administrasi, beliau moderen abis. Ngikutin jargon orang Ushul Fiqih, ini disebut Almuhafazhatu alal qadimis salih wal akhzu bil jadidil aslah. Kira-kira inilah rangkuman tulisan yang dirilis Panitia Maulid tahun 2008 hasil bahasan Majlis Muzakarah Attaqwa tentang Prinsip Politik KH Noer Alie.
Ada yang bilang bahwa Ngkong Kiai adalah sosok liberal. Kayaknya sih menurut saya kurang tepat. Sebab sesuatu yang unik tidak selalu liberal. Saya lebih setuju Syarif Hidayatullah (Batok) bahwa Mazhab Ngkong Kiai adalah mazhab tersendiri, seperti halnya Matlaul Anwar, PUI, Alwashliyah atau Nahdlatul Wathan. Oleh karena itu kita wajib menyebarluaskannya, bukan hanya di 40 cabang Attaqwa. (Waktu itu kita lagi bahas AD-ART IKAA tahun 2020).

Dengan kata lain, Attaqwa itu seharusnya sama gedenya dengan NU atau Muhammadiyah. Dari sisi jaringan Muhammadiyah memiliki 33 pengurus wilayah, 500 lebih pengurus daerah (kabupaten) dan 29 cabang luar negeri di lima benua. In term of asset, jika Muhammadiyah sekarang ini memiliki aset senilai 320 trilyun (unconsolidated) seharusnya Attaqwa punya minimal setengahnya. Dan jarang orang tahu, di Indonesia ini hanya dua organisasi yang diakui Kemendagri memiliki hak SHM (sertifikat hak milik) atas tanah yang dibelinya. Kedua organisasi itu adalah Perserikatan Muhammadiyah dan Attaqwa Bekasi. Selainnya harus HGT (Hak Guna Tanah) atau HGB (Hak Guna Bangunan ) atau AIW alias Akta Ikrar Wakaf. Sampai hari ini hak itu belum dicabut. (Ngga kebayang pengaruhnya Ngkong Kiai di bidang ini. Cuma Muhammadiyah yang bisa nandingin)

Jadi bang, Attaqwa itu Muhammadiyah atau NU? Attaqwa ya Attaqwa. Ngga NU, ngga Muhammadiyah. (Et dah bocah ya, nanya itu lagi-itu lagi. Komentar salah satu di Group WA)

Wallahu A'lam.

No comments: