Pages

Tuesday, March 29, 2011

Catatan dari resepsi Olis-Dina

"Cing, akhirnya kawin juga tu bocah" ucap saya ketika mengucapkan selamat pada ncing Asmanih, enyaknya Nurkholis Wardi, SH, MKan. Yang disapa cuma bilang "Alhamdulillah.... Doain aja ya pada rukun dan bener". Wali (lurah) Wardi, suaminya yang setia duduk disampingnya ikutan tersenyum mendengarnya. Keduanya kelihatan sumringah berada di panggung pelaminan, mendampingi sang pengantin, dan menerima ucapan selamat dari para tamu. Meskipun, umur lanjut mulai terlihat menggayuti wajah keduanya.


Walimatul Arusy yang digelar 20 Maret 2011 kemaren di aula SMU Yayasan Persaudaraan Haji Bogor (YPHB) saya ramalkan bakalan jadi "Wedding of the Year", paling tidak buat kalangan kita-kita, alumni Attaqwa Ujungharapan. Betapa tidak? Nurkholis yang akrab disapa dengan Olis, adalah alumni yang dikenal “juara bertahan” diantara rekan seangkatannya. Sejumlah provokasi, sindiran dan kompor-komporan dari rekan dan koleganya, termasuk dari kami-kami tim perumus AD-ART Yayasan, berhasil dia acuhkan. Dia tetap tak bergeming. Dia seakan menganggapnya angin lalu. “Udah napah... yang gituan pake segala dibahas” kilahnya.

Olis memang salah satu pentolan di kalangan angkatannya. Dia juga pernah nakal layaknya kita-kita, diantaranya suka bolos sekolah dan berantem. Orangnya nggak banyak omong, tapi pinter.  Nggak usah heran jika pendidikannya bisa sampe Sarjana Hukum Universitas Nusantara (Uninus), Bandung dan Strata Dua bidang Kenotariatan (M.Kan). Yang jadi pertanyaan adalah mengapa lawyer dan notaris kita ini begitu telat ke jenjang pernikahan, dan betah banget sama status yang bermerek “lajang” alias bujangan. Padahal 4 orang adiknya sudah menyalipnya yaitu Nurul Yakin, Abdul Hayyi Alkattani (penterjemah kondang kita) Fitri, dan Tati. Lagi pula, menurut sohibul hikayat, Olis juga dikenal sebagai jago pikat kaum hawa.

Usut punya usut, konon menurut riwayat yang agak sahih, Olis frustasi gara-gara ditinggal seseorang. Padahal dia menginginkannya sebagai “terminal akhir” dari petualangannya selama ini. Kecewa karena ditinggal sendirian, akhirnya Olis melampiaskan frustasinya pada studi, dan ia berhasil. Lalu ia bekerja sebagai notaris, kemudian setelah mampu ia membuka kantor notariat sendiri bahkan kemudian berhasil menyelesaikan master dalam bidang kenotariatan.

Lalu, siapa gerangan dara yang berhasil memikat hati sang perjaka awet? Sebenarnya pertanyaannya lebih tepat tentang siapa aktor intelektual yang berada dibalik skenario ini. Buat yang memperhatikan status facebook teman-teman Attaqwa dalam dua minggu terakhir pasti menangkap gambar-gambar yang di upload rekan Inayatullah Hasyim Rafsanjani (titel yang terakhir ini kami berikan kepadanya waktu sama-sama kuliah di Islamabad - red). Tanpa merasa berdosa, Inay mengisi statusnya sendiri  dengan foto-foto lamaran keluarga bung Olis ke sebuah keluarga di Bogor. Karuan saja foto-foto ini memicu kontroversi kuat di kalangan kolega. Karena, dalam berbagai situasi, Olis selalu menjaga urusan pribadinya begitu kuat, sehingga begawan Sire menjulukinya sebagai “Top Secret” alias rahasia tingkat tinggi. Pertanyaan berikutnya adalah, apa hubungannya bung Inay dengan keluarga ini sehingga begitu berani membuka hal-hal yang amat sensitif di kalangan kami?  Pada walimatul arusy-lah pertanyaan itu terjawab. Ternyata pasangan pengantin Olis adalah adik ipar dari bung Inay. 

Ada perasaan lega dan bahagia terpancar dari semua wajah yang hadir dalam acara walimatul arusy Olis yang sederhana. Lega karena perjaka awet kita itu akhirnya menikah juga. Bahagia karena suasana resepsi perkawinan itu juga kuat dengan nuansa Islami. Ada marawis yang setia menghibur pengunjung. Ada guru-guru; Guru Rosyidi, guru Mukhtar, guru Abid –yang meskipun masih perawatan dan kehilangan berat sampai 20 kg-, ustazah Miftahussaadah, Ustazah Maryam (kakaknya Inay) dan ustazah Atiqoh Noer. Ada juga bung Nurul Yaqin (adiknya Olis yang pernah sama-sama saya kuliah di IIU Malaysia). Ada bang Tutuy (aslinya Muhtadi Muntaha, anggota DPR Bekasi dari fraksi PAN) dan Labib dari pengurus IKAA, yang katanya kepengurusannya masih “magel” (setengah mateng kalee..). Ada Sirojudin Mursan (Sire), Ahmad Taher (Tokri), Sohib dan Rojiun, teman-teman dari Tim Panja. (Irfan Masud hadir waktu acara nikah tapi sudah ngacir duluan karena ada acara lain). Kepada mereka saya acungkan jempol, untuk menunjukkan bahwa indikator kinerja Tim Panja tahun ini pasti di atas rata-rata, karena target non teknis sudah terpenuhi, yaitu dengan menikahnya sohib kita Olis. Ada juga Armaen Hajar yang ketemu ketika turun dari aula. Ini pentolan IKAA yang sekarang nyangkut di kecamatan Bojong. Obrolan singkat dengan beliau membuka mata kita bahwa misi dan eksistensi Attaqwa perlu dipertahankan dan diangkat lagi disana. Di anak tangga terakhir saya tiba-tiba merasa seperti berada pada reuni alumni Attaqwa (lagi). Cuma bedanya kali ini ada pengantinnya...

Menjelang pintu keluar aula, saya perhatikan sekali lagi wajah Ncing Asmanih dan Wali Wardi. Keduanya masih tetap tersenyum menyambut para tamu yang masih saja datang, meskipun rasa letih terlihat  jelas di wajah mereka. Kata Tokri, yang berpesan agar catatan ini ditulis, insya Allah Ncing Asmanih sekarang sudah bisa duduk ngelonjorin kaki. “Lha emangnya kenapa?” tanya saya. “Ya, kan tadinya kakinya nggak mau diem ngurusin tu perjaka. Sekarang mah udah jonjon, jadi bisa duduk selonjoran kaki...”

Alhamdulillah..

Anyway. Selamat menempuh hidup baru buat Bung Olis dan kak Dina.
Semoga Allah memberikan pada anda enteng jodoh, murah rizki dan zuriyat (keturunan) yang saleh dan salehah. Amiin

Mohon maap dari kite kalo ade sale-sale kate ....


Radius Prawiro Tower
21 Maret 2011

No comments: