Judul di atas adalah judul buku yang ditulis seorang teman di Masyarakat Ekonomi Syariah. Judulnya memang menarik. Yang tergambar dalam pikiran seseorang tentang puasa adalah, jika orang tidak makan dan minum selama seharian, semestinya hemat donk, karena tidak makan, minum dan jajan. Tapi yang terjadi, khususnya di Indonesia, tidak demikian. Belanja rumah tangga justru mengalami peningkatan di bulan puasa. Diantara peningkatan itu, makanan dan minuman mendominasi angkanya. Hal ini tentu bertentangan dengan asumsi yang mengatakan bahwa puasa itu berhemat. Apanya yang salah?
Makanan dan minuman adalah salah satu aspek ekonomi. Selain keduanya barang-barang lain juga perlu diteliti apakah permintaan terhadap barang-barang konsumsi lain juga mengalami peningkatan selama bulan puasa. Jika demikian, perlu juga diteliti dampak meningkatnya konsumsi ini pada skala makro, misalnya pertumbuhan (growth), inflasi, ketenagakerjaan (employment), perputaran uang dan seterusnya.
Puasa itu misteri, demikian makna sebuah hadits, karena hanya Tuhan yang punya prerogative untuk membalasnya. Sedikit sekali hadith yang menerangkan pahala puasa. Diantaranya hadits yang mengatakan: "Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar keimanan dan berharap karunia Allah, akan diampuni dosanya yang telah terdahulu)." Selebihnya menceritakan tentang hikmah, misalnya bahwa puasa itu menahan pandangan.
Mungkin, diantara misteri puasa dalam ekonomi itu:
1. Pertumbuhan yang cepat karena banyak orang mengkonsumsi, termasuk pakaian, sehingga mendorong pertumbuhan;
2. Inflasi yang rendah , karena permintaan yang tinggi diimbangi dengan suplai yang juga tinggi;
3. Gini coeffisien menurun, karena tingkat pemerataan semakin baik, akibat sikap manusia yang cenderung lebih dermawan;
4. Arus dana lebih lancar dan bersih karena tidak ada yang berani memotongnya (korupsi).
.....
Perlu ada penelitian khusus tentang hal ini. Silakan cari data bulan September nanti untuk membuktikannya
Wallahu A'lam
No comments:
Post a Comment