Pages

Sunday, January 2, 2011

Andai Waktu itu Tidak Absolut

"Happy New Year, Wish You The Best,". "Selamat Tahun Baru 2011, Semoga Tahun Depan Kita Bisa Lebih Baik Lagi." 
Bertubi-tubi ucapan selamat tahun baru masuk telpon selular saya, baik melalui sms, email maupun BBM  alias Blackberry Messenger. Bunyi pesan itu berbarengan dengan suara petasan dan kembang api yang bersahutan di langit di sekitar perumahan saya, juga dimana-mana. Haruskah saya jawab pesan itu?


Pergantian tahun buat saya tidak ubahnya hari biasa. Dari Senin ke Selasa atau dari Jumat ke Sabtu. Yang membedakannya adalah besoknya, tanggal 1 Januari, adalah hari libur, dan saya bisa tidur lagi setelah shalat Subuh. Yang saya tidak mengerti sampai saat ini adalah orang mau membakar begitu banyak kembang api hanya untuk satu malam ini. Padahal kalau dikumpulkan uang untuk membeli kembang api itu, berapa banyak orang miskin yang bisa tertolong dari kelaparan. Lagipula suara kembang api yang berterbangan di angkasa, dari tengah malam buta sampai pagi, seringkali bikin orang lain susah tidur. Belum lagi sampah kertas yang ditimbulkannya.


Saya juga tidak berhenti berfikir, kenapa orang mau bermacet-macet ria ke taman hiburan (malam pergantian tahun ini dipusatkan di Ancol), sambil meniup trompet sepanjang jalan, membuat polusi jadi ganda, polusi udara dan juga polusi suara. Bisa dibayangkan berapa banyak bensin yang dihabiskan hanya untuk berjalan sejengkal demi sejengkal. (Tweeter TMC jam 09.00 malam menyebutkan semua jalan ke arah Ancol tidak bergerak). Kalaulah duit buat beli bensin itu dikumpulkan dan dibelikan buku buat anak-anak putus sekolah, sudah berapa yang terselamatkan dari sindrom lost generation? Belum lagi sampah yang ditinggalkan para pengunjung tempat hiburan, yang begitu banyaknya sehingga bikin repot para petugas kebersihan. (Menurut berita pagi, sampah yang dikumpulkan akibat perayaan tahun baru kemarin sampai mencapai puluhan ton)

Tapi itulah kita. Bangsa yang berusaha tetap tertawa walaupun kalah dimana-mana. Kitalah sekelompok orang-orang yang tetap mencari hiburan meskipun tahu bahwa jalan menuju hiburan seringkali harus dengan kesakitan bahkan pertengkaran (ingat kericuhan penjualan tiket final AFF kemarin). Kita tetap gembira menyongsong pergantian tahun, meskipun secara hakikat umur kita sudah berkurang satu tahun. Demikian pula umur dunia ini, yang diukur sejak zaman Nabi Isa saja sudah berumur 2000 tahun lebih.

*****

Semua yang sudah maju, tidak mundur lagi. Itulah waktu. Suka atau tidak  manusia harus menganggap waktu sebagai sesuatu yang mutlak. Sehebat apapun manusia yang berusaha menjadikannya nisbi. Berapa film yang sudah dibuat untuk mencoba meyakinkan bahwa waktu bisa diatur, dan manusia bisa bolak-balik ke jaman dulu dan masa depan. Tapi realitasnya tetap tidak ada yang pernah datang dari masa lalu atau masa yang akan datang, seperti tokoh Marty Mcfly dan Dr. Emmet Brown (Doc) dalam film "Back to the Future"nya Stephen Spielberg.

Andai waktu relatif, terus terang saya mau jalan-jalan ke jaman keemasannya Islam di Cordova atau Granada, tempat ilmu pengetahuan bersemi kembali dengan pesat ,setelah Baghdad sebagai pusat peradaban pertama Islam di bawah dinasty Abbassiyah runtuh. Saya mau ngaji di kubah masjid Cordova, dengerin ceramahnya Imam Qurtubhi yang kemudian dibukukan jadi kitab "Al-Jami li Ahkamil Quran". Atau mendengar perdebatan Ibn Rusyd dengan para ulama yang menentangnya tentang peran akal dalam ilmu ushuluddin. Menjelang akhir abad 15, Andalusia sudah hampir dikuasai seluruhnya oleh Raja Ferdinand dan Ratu Elizabeth yang benci pada ilmu pengetahuan. Tapi sebelum itu, para ilmuwan muslim sudah berhasil menciptakan roket, menguasai astronomi, kedokteran, matematika, pertanian, filsafat dan sebagainya. Saya ingin melihat laboratorium mereka yang canggih, menurut ukuran waktu itu, yang dikagumi bangsa Eropa. 

Andai waktu tidak mutlak, saya ingin melihat apakah Kaum Asy'ariyah dan Maturidiyah yang menguasai mainstream theologi Sunni muslim sekarang ini (termasuk saya tentunya), masih mempertahankan doktrin anti Tasalsul (keyakinan bahwa tuhan mustahil diciptakan oleh tuhan sebelumnya, dan sebelumnya dan seterusnya) dan anti Daur (keyakinan bahwa mustahil tuhan pertama diciptakan oleh tuhan sesudahnya). Pasti perdebatannya akan seru dan saya ingin merekam perdebatan itu di blog ini. Tapi nggak sopan juga menghadiri perdebatan sengit para ulama itu dengan bawa-bawa laptop atau ipad, padahal listrik belum ditemukan. Masak sih kalau baterai laptop/ipad sudah low harus kembali ke masa depan dulu untuk ngecas.... 
 
*****
Seorang kolega doktor lulusan IIUM dengan bijak menjawab bbm selamat tahun baruan di group kami dengan berkata: "Terima kasih. Meskipun saya tidak merayakan, tapi saya juga memahami orang yang merayakan tahun baru ala Masehi karena Tuhan juga menyebut sistem penanggalan berdasarkan matahari dalam Alquran, surah Alkahfi: mereka tidur di dalamnya selama 300 tahun dan ada yang menambahnya dengan 9 tahun."

Jadi? Ya sudahlah. Selamat Tahun Baru 2010. Mudah-mudahan kedepan kita berkarya lebih baik. Minimal bisa nulis lebih baik dan lebih banyak di blog ini dari tahun kemarin.

Amiin Ya Robb.

2 comments:

Anonymous said...

Aku hanya menambahkan feed Anda ke favorit saya. Saya sangat menikmati membaca posting Anda..

Cecep eM-Ha said...

Terima kasih. Mudah-mudahan menjadi pendorong bagi saya untuk menulis lebih banyak lagi.