Pages

Thursday, May 24, 2012

To Dubai With IILM

Ini kedua kalinya saya ke Dubai (6 April 2012) setelah sebelumnya (14 Nopember 2011) kesana dengan urusan yang sama, yaitu menghadiri rapat Sharia Committee IILM (International Islamic Liquidity Management). Ke Dubai artinya memang masuk ke kota/negara Uni Emirat Arab itu. Kalau cuma mampir alias stop-over di airport, dari mana-mana sih udah sering banget. Bahkan cenderung bosan, karena seringnya mampir disana. Ada sukanya juga transit di kota dagang Uni Emirat Arab ini. Banyak barang murah dan duty-free semua. Jeleknya adalah kelamaan berkeliaran disini bisa bikin tidak efisien, karena akan menyebabkan penumpang berbelanja untuk keperluan yang tidak penting. Tapi meskipun begitu, tak terpikir untuk sengaja datang ke kota ini. Selain susah proses visanya, lagian apa yang mau dilihat?


Sejak sembilan tahun belakangan ini Dubai berusaha keras menjadi negeri wisata dunia dengan menarik pelancong dari berbagai penjuru dunia. Para ahli memperkirakan sumber minyak yang ada di dataran Emirat itu akan habis dalam 15 tahun mendatang. Oleh karena itu sumber pendapatan negara alternatif kudu dicari sebagai gantinya. Jika tidak maka rakyat Arab akan menjadi miskin kembali seperti pada tahun 1970, ketika minyak belum ditemukan. Beruntunglah Saudi Arabia yang punya Makkah dan Madinah yang didatangi jutaan muslim tiap tahun baik untuk haji maupun umrah. Lha Dubai punya apa sampai musti  dikunjungi?

Makanya tidak heran amir Dubai Hamdan bin Muhammad bin Rashid Al-Maktum kemudian berinisiatif menjadikan daerahnya sebagai wisata di daerah Teluk. Konsep ini kemudian diketahui juga yang pertama di tanah Arab, disamping memperkenalkan teknologi tinggi sebagai obyek wisata. Selama ini di Timur Tengah, obyek yang dijual selalu mengarah kepada sejarah seperti Piramida dan Sphink di Mesir, Laut Mati di Jordan, Makam Bilal di Syria dan lain-lain. Sang Amir kemudian meminta para arsitek membuat grand arsitektur Dubai kedepan. Maka tidak heran kemudian muncul proyek ambisius seperti proyek reklamasi yang menyerupai pohon kurma di daerah Jumeirah dibawah perusahaan raksasa al-Nakheel, terus Alburuj, menara tertinggi di dunia atau hotel termewah Buruj al Arab selain Gold Souk atau pasar emas.

***
Pembahasan produk IILM dari perspektif syariah sangat lambat karena banyaknya perbedaan pendapat diantara para anggota Komite Syariah yang jumlahnya hanya ber-enam!

***

Foto 1
Rapat di Dubai 14 Nopember 2011, (tepat 3 hari setelah Idul Adha) yang hanya dihadiri 3 orang secara fisik dan 1 secara online (menggunakan skype) membahas secara intense tentang struktur sukuk yang akan diterbitkan oleh IILM, wabil khusus produk Wakalah Investment. 
Jika pertemuan pertama di Kuala Lumpur Oktober 2011 sudah bernuansa panas dan alot, di Dubai juga begitu. Dr. Ahmad Ali Abdallah -yang kali ini tidak hadir karena masih dalam ibadah haji- misalnya dari awal sudah nggak mau ikut2an pake istilah "swap" karena menurutnya hal itu bukan dari peristilahan bank Islam.  


Foto 2
Hal ini karuan membuat Dr. Daud Bakar dari Malaysia -di Dubai pertama juga absen karena ketinggalan pesawat- senyum kecut karena merasa paling pertama yang tertohok. Di kalangan dunia perbankan Islam Dr Bakar dikenal sebagai tokoh mirroring concept alias mengembangkan produk perbankan syariah dengan basis produk di perbankan biasa.

***


Issu panas lainnya yang dibahas adalah masalah jaminan bagi para pemegang sukuk wakalah. Meskipun kemudian para peserta sepakat bahwa wakalah investment tidak dijamin tapi tidak urung perdebatan juga tidak bisa dihindarkan. (saya sempat terfikir, pergulatan praktek perbankan konvensional dengan prinsip syariah rupanya masih belum selesai sejak saya bergabung dulu di sebuah bank syariah tahun 1995. Ada kegamangan  di kalangan praktisi perbankan syariah terhadap pelaksanaan syariah di lapangan. Bisa jadi karena kepastian hukumnya yang tidak dijamin oleh otoritas maupun karena hal lain, misalnya pajak).

(bersambung)

__________
Keterangan foto
Top: Financial area, Dubai diambil dari Radisson Royal
Foto 1: Alburj dengan latar belakang bulan pagi yang belum tenggelam, diambil dari Almanzil
Foto 2; Foto bersama Sharia Committee IILM

2 comments:

..::Irhamni H. Rofi'un::.. said...

Bismillah Masya Allah .. Takjub .. Cerita perjalanan dan rangkaian kegiatannya banyak sisi ibrohnya. Jalan-jalan sambil menebar ilmu. Inspiratif.

Selanjutnya negara mana lagi Bang yang dikunjungi..

Cecep eM-Ha said...

Terima kasih atas komentarnya.
Mudah-mudahan ke negara yang belum dikunjungi, tapi dalam rangka da'wah perbankan syariah. Amiin